Analisis Perbandingan Konsentrasi Suspended Particulate Matter (SPM) di Tiga Wilayah di Jakarta Periode Tahun 2006-2019
Abstract
ABSTRAK
Suspended Particulate Matter (SPM) adalah polutan berbahaya yang umumnya diakibatkan oleh kontribusi bahan buangan dari asap kendaraan dan mesin pabrik. Penelitian ini untuk mendeskripsikan perbandingan polutan SPM pada tiga wilayah Jakarta yaitu Ancol, Monas dan Glodok berdasarkan analisis data SPM bulanan. Metode pengolahan dalam penelitian adalah analisis kuantitatif dengan memanfaatkan data bulanan SPM dari BMKG dari tahun 2006-2019. SPM diukur menggunakan alat HV Sampler dengan menggunakan kertas filter yang diputar dengan kecepatan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi SPM tertinggi terjadi di kawasan perdagangan Glodok (313 μgr.m-3), tertinggi kedua adalah Ancol (223 μgr.m-3) dan terendah terjadi di Monas (193 μgr.m-3). Nilai ambang batas aman SPM di udara adalah 230 μgr.m-3. Frekuensi kejadian SPM di atas ambang batas berturut-turut dari tertinggi hingga terendah adalah Glodok (73%), Ancol (44%) dan Monas (27%). Berdasarkan konsentrasi SPM di atas ambang batas secara rata-rata tahunan, untuk wilayah Ancol berlangsung lebih dari 6 bulan yaitu pada bulan Mei-Nopember, untuk wilayah Monas pada Juni-Agustus, namun untuk wilayah Glodok SPM berlangsung sepanjang tahun dari Januari hingga Desember. Buruknya kualitas udara di Glodok ini menunjukkan bahwa wilayah Glodok perlu mendapatkan penanganan agar udara semakin bersih dan nyaman untuk kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
Kata kunci: ambang batas, konsentrasi, SPM
ABSTRACT
Suspended Particulate Matter (SPM) is a hazardous pollutant that is generally caused by the contribution of waste materials from vehicle fumes and factory engines. This study is to describe the comparison of SPM pollutants in three areas of Jakarta, namely Ancol, Monas, and Glodok based on monthly SPM data analysis. This research used a quantitative analysis method using monthly SPM data from BMKG in the years 2006-2019. SPM was measured using an HV Sampler using filter paper that was rotated at high speed. The results showed that the highest average SPM concentration occurred in the Glodok trading area (313 μgr.m-3), the second-highest was Ancol (223 μgr.m-3) and the lowest occurred in Monas (193 μgr.m-3). The threshold value for safe SPM in the air is 230 μgr.m-3. The frequency of SPM occurrences above the threshold, from the highest to the lowest, was Glodok (73%), Ancol (44%), and Monas (27%). Based on the SPM concentration above the annual average threshold, for the Ancol area, it lasted more than 6 months, namely in May-November, for the Monas area in June-August, but, for the Glodok area, SPM always high from January to December. The poor quality of air in Glodok shows that Glodok needs to be treated so that the air is cleaner and more comfortable for health and people’s life.
Keywords: safety threshold, concentration, SPM
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta.
Budiyono, A. (2010). Pencemaran udara: dampak pencemaran udara pada lingkungan. Berita Dirgantara, 2(1), 21-27.
Ismiyati, I., Marlita, D., & Saidah, D. (2014). Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 1(3), 241-248.
Kusminingrum, N., & Gunawan, G. (2008). Polusi udara akibat aktivitas kendaraan bermotor di jalan perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal, Jakarta, Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Marhaeni, A. D. R. (2018). Pengaruh Faktor Meteorologi Terhadap Fluktuasi Konsentrasi PM10 dan O3 di DKI Jakarta. Institut Pertanian Bogor (IPB) Repository.
Martono H., Sukana B., & Ninik, S. (2003). Kandungan TSP dan PM-10 di udara Jakarta dan sekitarnya. Jumal Ekologi Kesehatan, 2(3), 255-262.
Noviani E., R., Istirokhatun, T., & Sudarno. (2014). Pengaruh jumlah kendaraan dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, kecepatan angin) terhadap peningkatan konsentrasi gas pencemar No₂ (nitrogen dioksida) pada persimpangan jalan Kota Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, 3(1), 1-10.
Nurmala, E., Budiyono, S., & Suhartono (2018). Hubungan konsentrasi Suspended Particulate Matter (SPM) udara ambien dan kondisi cuaca dengan angka kejadian asma di Kecamatan Semarang Barat tahun 2015-2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(6), 110-118.
Nurmaningsih, D. R. (2018). Analisis kualitas udara ambien akibat lalu lintas kendaraan bermotor Di Kawasan Coyudan, Surakarta. Jurnal Teknik Lingkungan, 3(2), 46-53.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (2019). Normal Musim Kemarau dan Musim Hujan. Publikasi BMKG. http://bmkg.go.id.
Badan Pusat Statistik. (2015). Rata-Rata Bulanan Konsentrasi Partikel Terlarut di Udara Beberapa Kota Menurut Bulan Tahun 2006-2015. Publikasi Data BPS. http://bps.go.id.
Rosha, P., T., Fitriyana, M. N., S., Ulfa, F., & Dharminto. (2013). Pemanfaatan Sansevieria tanaman hias penyerap polutan sebagai upaya mengurangi pencemaran udara di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 3(1), 1-6. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jim/article/view/10863
Sepriani, K. D., Turyanti, A,. & Kusdy, M. (2013). Sebaran partikulat (PM10) pada musim kemarau di Kabupaten Tangerang dan sekitarnya. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 15(2), 89-100
Silvia E. D. (2013). Studi Kualitas Udara Parameter Total Suspended Particulated (Studi Kasus UKM CV. Ligartle). [Skripsi Universitas Indonesia Jakarta].
Sandu, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publising.
Suryana, M. S. (2010). Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Susilowati & Sadad, I. (2015). Analisa karakteristik curah hujan di Kota Bandar Lampung. Jurnal Konstruksia 7(1), 13-26.
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.3
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Juniarto Widodo